Deskripsi Fonem Bahasa di Sulteng - PUSTAKA PUITIKA -->

Deskripsi Fonem Bahasa di Sulteng

A. GAMBARAN SINGKAT BUKU
Buku “Deskripsi Fonem Bahasa di Sulawesi Tenggara (Studi Pada Bahasa Muna, Kulisusu, dan Wawonii)” yang ditulis oleh Dr. La Ino, S.Pd., M.Hum., ini merupakan buku kajian penelitian di Sulawesi Tenggara. Kabupaten yang dijadikan penelitian dalam buku ini adalah Kabupaten Muna, Kabupaten Konawe, dan Kabupaten Buton, sedangkan lokasi bahasa-bahasa yang menjadi sasaran penelitian ini adalah Kulisusu yang lokasinya ada di Kecamatan Ereke Kabupaten Muna, Wawonii yang lokasinya berada di Kecamatan Wawonii Kabupaten Konawe, dan Moronene yang lokasinya berada di Kecamatan Rumbia Kabupaten Buton (sekarang Bombana).

B. ISI POKOK BUKU
Pada bab pertama (Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Tenggara), menjelaskan mengenai keadaan wilayah, penduduk, dan keadaan bahasa di Sulawesi Tenggara. Bahasa-bahasa di Sulawesi Tenggara juga dipaparkan secara mendetail dalam bab ini dari segi hubungan genetis berdasarkan bukti-bukti kuantitatif yang menunjukkan bahwa bahasa-bahasa Tolaki, Moronene, Wawonii, dan Kulisusu mempunyai hubungan keasalan yang memiliki kesamaan kosakata seasal sampai 60%. Pada bab ini, Penulis mengelompokkan bahasa-bahasa di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan menggunakan bagan ke dalam kelompok bahasa-bahasa Austronesia secara umum oleh para ahli linguistik, seperti Haudricourt, Dahl, Dyen, dan Blust. Selain itu, dalam bab ini Penulis juga menyajikan pemetaan bahasa-bahasa Nusantara pada khususnya dan Austronesia pada umumnya. Pemetaan bahasa-bahasa Nusantara tersebut menurut Esser (1938) dan Lembaga Bahasa Nasional (1972), dan pemetaan bahasa-bahasa Austronesia menurut Salzner (1960), Wurm, dan Hattori (1981). Rintisan para ahli linguistik historis komparatif mancanegara dalam meneliti bahasa-bahasa Austronesia tersebut sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan penelitian selanjutnya yang sejak tahun 1970-an telah dilakukan pula rekonstruksi dan pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia, baik yang termasuk kelompok Melayu-Polinesia Barat maupun Melayu-Polinesia Timur.

Pada bab kedua, (Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah), Penulis mengangkat topik tentang kedudukan dan fungsi Bahasa Daerah lengkap dengan cara pelestariannya dan strategi pembelajarannya. Sebagian besar orang berasumsi bahwa Bahasa Daerah adalah Bahasa yang kedudukannya rendah bila dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di dunia. Dalam bab ini, Penulis menjabarkan kedudukan dan fungsi Bahasa Daerah dari segi pencitraan, keilmuan, dan ekonomi. Sehingga, asumsi tersebut tidak berdasar.

Pada bab ketiga (Gambaran Singkat dan Deskripsi Fonem-fonem Bahasa di Sulawesi Tenggara), Penulis menyajikan gambaran singkat tentang Bahasa Muna (Mn), Bahasa Kulisusu (Kl), dan Bahasa Wawonii (Wn) yang juga dilengkapi dengan lokasinya di Sulawesi Tenggara, penuturnya, fungsi-fungsi sosialnya, dan budayanya masing-masing serta keterhubungan fonem Austronesia dengan bahasa-bahasa di Sulawesi Tenggara, karena bahasa-bahasa di Sulawesi Tenggara merupakan bahasa yang tergolong bahasa kelompok Austronesia. Dalam bab ini, Penulis juga mendeskripsikan fonem-fonem Bahasa Sulawesi Tenggara yang masih hidup dan dipergunakan oleh guyup tutur di Sulawesi Tenggara. Ketiga bahasa yang dimaksud adalah Bahasa Muna (Mn), Kulisusu (Kl), dan Wawonii (Wn). Pendeskripsian ketiga Bahasa tersebut diuraikan lengkap dengan fonologinya, fonem vokalnya, fonem konsonannya, distribusi fonem vokal dan konsonannya, deret vokal, dan pola persukuannya masing-masing.

Pada bab keempat (Keterhubungan Fonem Proto Austronesia dengan Bahasa-bahasa Daerah Sasaran di Sulawesi Tenggara), Penulis membuktikan keterhubungan fonem Proto Austronesia (Austronesia Kuno) dengan bahasa-bahasa daerah sasaran (Muna, Kulisusu, dan Wawonii) di Sulawesi Tenggara dalam Bab IV ini. Pembuktian tersebut melalui penelusuran pantulan (reflex) fonem PAN (Proto Austronesia) pada fonem bahasa Muna (Mn), Kulisusu (Kl), dan Wawonii (Wn). Penelusuran sistem dan pantulan fonem PAN pada fonem bahasa-bahasa tersebut memiliki dua fungsi. Pertama, pantulan-pantulan (reflex) tersebut memperjelas hubungan genetis atau keasalan. Kedua, pantulan-pantulan fonem tersebut dapat memperkuat bukti dan memperjelas hubungan ketiga bahasa tersebut sebagai satu kelompok.

Pada bab kelima (Saran-saran), Penulis menuliskan saran-saran dan keterbatasan penelitiannya. Buku ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Penulis terhadap Bahasa Daerah yang dikatakan hampir punah akibat kemajuan zaman. Indonesia kaya akan ragam bahasa daerah. Kita sebagai warganegara Indonesia harus turut melestarikan bahasa-bahasa daerah yang kedudukan dan fungsinya sebanding dengan bahasa-bahasa dunia (Internasional) dari segi pencitraan, keilmuan, dan ekonomi.

C. KELEBIHAN
1. Penyajian datanya sangat lengkap.
2. Penjelasannya sangat mendetail.

D. KELEMAHAN
Ada istilah yang tidak digunakan secara konsisten oleh Penulis, seperti Austrinesia-Astronesia-Austronesia (Halaman 6, 19, 21, dan 68), sehingga pembaca akan bingung dan bertanya-tanya, manakah istilah baku yang digunakan dan apakah ada arti tersendiri dari istilah-istilah yang digunakan tersebut.

Buku ini tidak dilengkapi dengan glosarium, sehingga pembaca pemula tidak dapat mencari kata-kata sulit atau istilah-istilah serapan dari Bahasa Asing yang digunakan penulis, terutama kata-kata atau istilah-istilah yang berkaitan dengan linguistik. Misalnya, Proto, Austronesia, Polinesia, Sosiolinguis, Diakronis, Fonem, Fonologi, dan lain-lain.

Buku ini penyajiannya akan lebih menarik bila disajikan dengan foto atau peta (dalam hal ini mengenai penduduk dan wilayah), tabel, diagram, dan grafik (data-data mengenai wilayah, penduduk, pengelompokan fonem, bahasa-bahasa, dan lain sebagainya) yang berwarna agar pembaca tidak merasa jenuh atau bosan, sehingga pembaca lebih cepat bisa memahami dan dapat melengkapi bahan ajar atau data penelitian selanjutnya.

Buku “Deskripsi Fonem Bahasa di Sulawesi Tenggara (Studi Pada Bahasa Muna, Kulisusu, dan Wawonii)” ini dapat digunakan untuk referensi penelitian dan buku ajar bagi guru, calon guru, dosen, praktisi kebahasaan, dan mahasiswa jenjang S1, S2, dan S3 program pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

Ruli Lesmono
Sarjana Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Malang, Penerjemah, dan Guru

Berlangganan update artikel terbaru via email:



Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2



Iklan Bawah Artikel